Penerjemah Arief Budiman, Lc. hafizhohullah
Pertanyaan:
Ada yang mengatakan bahwa sesungguhnya as Salafiyun adalah orang-orang yang sering dan senang berpecah-belah, seperti yang terjadi di Yaman, atau Arab Saudi, atau negara lainnya. Apa pendapat Syaikh tentang hal ini?
Jawaban:
Syaikh Salim bin ‘Id al Hilali berkata:
Di antara nama-nama ad Da’wah as Salafiyah adalah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Sehingga as Sunnah menyeru kepada persatuan, sedangkan bid’ah menyeru kepada perpecahan. Jadi, as Salafiyun mengundang dan mengajak (yang lainnya) kepada persatuan, kesatuan, dan kebersamaan.
Lalu, jika sampai terjadi perselisihan, perpecahan atau pengelompokan-pengelompokan di sebagian negara-negara, maka sesungguhnya hal ini terjadi karena beberapa sebab, di antaranya; lemahnya pemahaman dan adanya cacat dalam memahami manhaj.
Karena, lemah atau cacat dalam memahami manhaj ini, dapat menyebabkan terjadinya perpecahan. Seandainya mereka memahami manhaj ini dengan pemahaman yang baik dan benar sebagaimana yang digariskan Islam, diterangkan Rasulullah, dan dijelaskan oleh para ulama, tentu mereka tidak akan berpacah-belah. Karena hubungan para ulama salaf dengan sesama lainnya hubungan yang saling memperkuat dan menyempurnakan. Karena negara-negara ini semakin meluas dan banyak. Sementara orang-orang yang berijtihad dari kalangan ulama, mereka saling tolong menolong antar sesama mereka dalam kaidah mempertahankan persatuan dan tidak saling berselisih.
Seandainya pun para Hizbiyin mampu menyusup ke tengah-tegah barisan as Salafiyun dan mampu memecah-belah sebagian as Salafiyun, maka kita tidak perlu merasa heran!
Sungguh seorang Yahudi dahulu kala yang bernama Abdullah bin Saba’ -semoga Allah memeranginya- telah mampu memecah belah para Sahabat, hingga akhirnya mereka saling berperang dan saling menumpahkan darah dengan sebab usahanya berupa perusakan, pemecah-belahan, penyebaran syubuhat dan keragu-raguan di tengah-tengah para Sahabat.
Berarti, adanya perpecahan atau perselisihan antara sesama as Salafiyun yang kini terjadi di sebagian negara-nagara, hal ini bukan dengan sebab ad Da’wah as Salafiyah!
Ad Da’wah as Salafiyah yang benar mengajak manusia kepada persatuan, kesatuan, persahabatan, saling tolong-menolong, dan saling membela antara yang satu dengan yang lainnya. (Seperti sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam berikut)
((…المُؤْمِنُوْنَ تَكَافَأُ دِمَاؤُهُمْ، وَهُمْ يَدٌ عَلَى مَنْ سِوَاهُمْ، وَيَسْعَى بِذِمَّتِهِمْ أَدْنَاهُمْ...)).
“…Orang-orang beriman sama darah mereka (dalam qishash atau diyat), mereka kuat dan saling bersatu (tolong menolong) dalam menghadapi musuh-musuh mereka, dan orang yang terendah dari mereka dapat memberikan perlindungan kepada yang lainnya…”. [1]
Oleh karena itu, jika terjadi kekeliruan dari sebagian as Salafiyun di sebagian negara, hal ini tidak berarti -sama sekali- bahwa kesalahan ada pada ad Da’wah as Salafiyah. Bahkan ad Da’wah as Salafiyah berlepas diri dari kesalahan para as Salafiyun!
As Salafiyun adalah manusia. Mereka bisa benar dan bisa keliru! Maka, tidak boleh kita membawa kesalahan dan kekeliruan sebagian As Salafiyun kepada ad Da’wah as Salafiyah.
Sebagian ulama -yang pernah berkunjung ke Eropa- ada yang ditanya, “Kalian berkata bahwa Islam adalah agama yang adil, baik dan indah. Tapi mengapa kami tidak melihat hal tersebut dalam kehidupan orang-orang Muslim?! Bahkan sifat mereka adalah…”.
Lalu ia menjawab dengan sebuah jawaban yang bagus, “Jika seorang hakim salah dalam menghukumi dan mengambil sebuah keputusan, maka apa sesungguhnya kesalahan undang-undang?”. Jadi, kesalahan dan kekeliruan adalah dari si hakim yang menggunakan dan mempraktekkan undang-undang, dan bukan kesalahan undang-undang tersebut!
Lagipula, kesalahan yang kini terjadi adalah kesalahan yang dilakukan oleh sebagian as Salafiyun saja, dan bukan kesalahan mereka seluruhnya! Ini satu sisi!
Sisi lainnya, apakah perpecahan ini hanya terjadi pada as Salafiyun saja?! Ataukah hal ini merupakan sebuah penyakit yang telah melanda seluruh golongan-golongan, partai-partai, dan gerakan-gerakan?!
Bahkan tidaklah terbentuk sebuah partai, melainkan lama-kelamaan dalam waktu yang dekat saja -setahun atau dua tahun- akhirnya melahirkan partai-partai baru lainnya! Sebagiannya melaknat sebagian yang lain! Saling mengkafirkan! Saling berseteru! Dan seterusnya.
Sekali lagi, fenomena sosial semacam ini, sebabnya adalah cacat dan kurangnya mereka dalam memahami dan mendalami manhaj dan Islam ini!
(( Tanya jawab pada kajian umum bersama Masyayikh Yordania
11 Februari 2007 di JAKARTA ISLAMIC CENTER (JIC). Jazahullah khoiron kepada Ust. Arief yang telah memberikan artikelnya kepada admin))
Catatan kaki penerjemah:
[1] HR Abu Dawud (4/180 no. 4530), an Nasa-i (8/19, 20, 24 no. 4734, 4735, 4745), dan lain-lain, dari Hadits Ali bin Abi Thalib z. Hadits semakna juga diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr dan Ma’qil bin Yasar radhiallahu ‘anhum.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan