Selasa, 2 Disember 2008

PENDAPAT IMAM-IMAM MAZHAB MENGENAI ITTIBA' RASULULLAH DAN MENJAUHI TAQLID BUTA

"Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah suri teladan yang baik., (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kesenangan) hari akhirat dan dia banyak menyebut Allah." (Al-Ahzab:21)

Ibn Katsir rahimahullah berkata: "Ayat ini merupakan asas pokok lagi agung dalam bersuri teladan kepada Rasulullah saw dalam segala ucapan, perbuatan dan hal ehwalnya…"(Tafsir Ibnu Katsir, 3/475).

Muhammad Nashiruddin Al-Albani menyatakan : "Ayat ini memberi pengertian bahawa Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam adalah panutan kita dan suri teladan bagi kita dalam segala urusan agama…" (Al-Hadits Al-Hujjatun bi Nafsihi, ms. 35)

Dari sini kita dapat pelajari mengikuti Nabi sallallahu 'alaihi wasallam dari segala aspek peribadatan mahu pun i'tiqad kepercayaan (aqidah) adalah mengikuti Nabi Muhammad sallallahu 'alaihi wasallam selaku rasul yang mendapat wahyu dari Allah subhanahu wa Ta'ala. Dan ini dikuatkan dengan dalil-dalil dari firman Allah yang lain,

"
Barangsiapa yang menta’ati Rasul berarti dia menta’ati Allah.. " (An-Nisa’:80)

"
Barangsiapa yang ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya Allah akan memasukkannya ke dalam Syurga…" (An-Nisa’:13)

"Dan tidaklah ia (rasul) berkata-kata dari hawa nafsunya melainkan wahyu yang disampaikan Allah kepadanya." (An-Najm:4)

Sabda Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam: "Barangsiapa yang melakukan amalan yang tidak ada contohnya dari kami, maka amalan itu tertolak." (HR. Muslim, no: 1718).

Dalam kita mengikuti (ittiba') Rasulullah, hendaklah pula kita menjauhi amalan ikut-ikutan tanpa mengetahui dalil (taqlid). Abu Abdillah bin Khuwaizi Mandad menyatakan : "Setiap orang yang engkau ikut tanpa dalil dan hujjah maka engkau adalah muqallidnya (orang yang taqlid)". (Al-‘Alamul Muwaqqi’in hal.137).

Ini selari dengan firman Allah: "Ta’atlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul-Nya (As-Sunnah), barangsiapa yang berpaling (dari keduanya) maka sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang kafir." (Al-Imran : 32)

Berikut kata-kata yang kami nukilkan daripada Imam-imam mazhab yang terkenal mengenai anjuran mengikuti (ittiba') Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam dan menjauhi amalan taqlid (ikut-ikutan) sebagai pedoman bersama:

1. Imam Hanafi (Abu Hanifah An-Nu’man bin Tsabit)

"
Apabila hadis itu sahih maka itu adalah mazhabku" (Rujuk Al-Hasyiyah karya Ibnu Abidin Juz 1/63, juga dalam risalah Rasmul Mufti Juz 1/4.)

"
Tidaklah dihalalkan bagi seseorang untuk berpegang kepada perkataanku, selagi ia tidak tahu dari mana aku mengambilnya." (Ibnu Abdilbar dalam kitab Al-intiqa’u fi Fadha-ilist Tsalatsatil ‘A-immatil Fuqaha’i ms.145, dan Ibnul Qayyim dalam I’lamul Muwaqqi’in, 2/309 dan Ibnu Abidin dalam Al-Hasyiyah).


Dalam riwayat lain dikatakan : "Adalah haram bagi orang yang tidak mengetahui alasanku untuk berfatwa dengan perkataanku." Atau riwayat lain lagi : "Sesungguhnya kami adalah manusia yang mengatakan perkataan pada hari ini dan membetulkannya di esok hari."


Beliau berkata kepada Abu Yusuf : "Kasihan engkau wahai Ya’qub (Abu Yusuf) jangan engkau tulis setiap apa yang dari padaku. Kerana kadangkala aku memang berpendapat dengan suatu pendapat pada hari ini, dan kadang kala aku berpendapat lain pada esok lusa, bahkan aku meninggalkannya pada esok lusa." (Al-Mizan 1/6. Abu Hanifah adalah seorang ulama yang sering menetapkan sesuatu hukum dengan qiyas kepada suatu ketentuan yang belum ditemuinya pada Kitabullah atau Sunnah Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam. Para pengikut hanafi penghafal hadis yang sering melakukan perjalanan jauh dari negeri-negeri dan pelabuhan-pelabuhan setelah berjaya menemui hadis, nescaya Imam Hanafi mengambilnya dari mereka dan membuang qiyas yang pernah ia fatwakan.)

"
Jika aku mengatakan suatu perkataan yang bertentangan dengan Kitabullah atau khabar Rasulullah, maka tinggalkanlah perkataanku." (Al-Fulani dalam Al-Iqazh ms.50 yang diasalkan oleh Imam Muhammad ).

2. Imam Malik bin Anas


Beliau berkata :

"
Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia yang salah dan benar. Maka perhatikanlah pendapatku. Setiap pendapatku yang sesuai dengan Al-Kitab dan Sunnah, ambillah dan setiap perkataanku yang menyimpang dengan Al-Kitab dan Sunnah, tinggalkanlah." (Ibnul Abdilbar dalam Al-Jami’, 2/32, dan Ibnu Hizam dalam Ushulul Ahkam, 6/149 dan demikian pula Al-Fulani, ms.72)

"
Tidak ada seorang pun setelah Nabi saw kecuali dari perkataannya itu ada yang diambil dan yang ditinggalkan, kecuali Nabi sallallahu 'alaihi wasallam." (Ibnul Hadi dalam Irsyadus Salik, 227/1, Ibnu Abdilbar dalam Al-Jami’, 2/91, dan Ibnu Hazm dalam Ushulul Ahkam, 6/145 dan 179 dari perkataan Al-Hakam bin Uthaibah dan Mujahid. Taqiyuddin mengeluarkan dalam Al-Fatawa 1/48)

3. Imam Syafi’i. (Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i)


Inilah nasihat beliau tentang taqlid : "Setiap pendapatku yang menyalahi hadis Nabi saw. maka hadits Nabi sallallahu 'alaihi wasallam itulah yang wajib diikuti, dan janganlah kalian taqlid kepadaku." (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim, Abu Nu’aim dan Ibnu ‘Atsakir 15/10/1)

"Apabila kalian dapati di dalam kitabku, pendapat-pendapat menyalahi Sunnah Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam, peganglah Sunnnah Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam dan tinggalkan pendapatku.
" Dalam riwayat lain beliau berkata : "Ikutilah Sunnah Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam. dan janganlah kalian menoleh kepada pendapat sesiapapun". (Riwayat al-Harawi, Abu Nu’aim fil Hilyah / lihat Sifat Solat Nabi ms. 28 oleh al-Albani).


"Setiap masalah yang sudah sahih hadisnya dari Rasulullah menurut para ulama hadis, tetapi pendapatku menyalahi hadis yang sahih, maka aku ruju’ (menarik semula) dari pendapatku dan aku ikut hadis Nabi sallallahu 'alaihi wasallam yang sahih baik ketika aku masih hidup maupun sesudah wafatku.
" (Al-Harawi 47/1, Ibnul Qayyim dalam I’lamul Muwaqqi’in, 2/363).


"
Kaum muslimin sudah sepakat bahawa barang siapa yang telah terang baginya Sunnah Rasulullah maka tidak halal meninggalkannya kerana taqlid kepada pendapat seseorang." (Ibnul Qayyim 2/361 dan Al-Fulani ms.68)


"
Apabila hadis itu sahih, maka dia adalah mazhabku." (An-Nawawi dalam Al-Majmu’, Asy-sya’rani, 10/57, Al-Fulani, ms.100)

4. Imam Ahmad bin Hambal


"
Janganlah kalian taqlid padaku dan jangan pula kalian taqlid kepada Imam Malik, Syafi’i, Auza’i dan Tsauri, tetapi ambillah dari mana mereka mengambil (yakni al-Quran dan hadis)." (Ibnul Fulani, 113, dan Ibnul Qayyim dalam kitab Al-I’lam 2/302).

"
Pendapat Auza’i, pendapat Imam Malik dan Abu Hanifah semuanya adalah pendapat, dan bagiku adalah sama, sedangkan alasan hanyalah terdapat di dalam atsar-atsar." (Ibnul Abdilbar dalam Al-Jami’, 2/149).

"
Barangsiapa yang menolak hadis Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam, maka sungguh ia telah berada di tepi kehancuran." (Ibnul Jauzy ms.182).


Amat jelas perkataan mereka, dan amat jelaslah kedustaan yang dibuat oleh para muqallid (orang yang taqlid) yang membolehkan taqlid buta kepada salah seorang dari mereka. Perhatikanlah, kesemua Imam-imam itu tidak ingin ditaqlidi. Semua mereka menyarankan agar kembali kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam. Tidak dibenarkan orang-orang yang mengikuti mereka mengambil pendapat mereka tanpa dalil disebabkan keempat imam mazhab itu memiliki dalil-dalil, dan diantara dalil-dalil itu terdapat dalil yang sahih dan ada pula yang lemah (dha'if), maka ambillah pendapat mereka yang lebih rajih dan sahih, dengan tidak membezakan satu imam dengan lainnya. Jika hujjah mereka berasal dari atsar yang sahih, maka wajib kita membenarkan dan memegang pendapat tersebut.

Tidak dibenarkan seseorang mengambil fatwa-fatwa hanya dari salah seorang mereka kemudian membenci pendapat Imam yang lain. Atau seseorang mengambil fatwa dari ulama-ulama sementara dia tidak mengetahui hujjah atau dalil dari ulama tersebut. Yang benar adalah kita mengikuti setiap pendapat yang kita terima dari Imam-imam Ahlus sunnah wal Jama'ah baik dari empat Imam Mazhab ini atau pun dari imam-imam yang lain dengan merujuk kepada Kitabullah, As-Sunnah serta atsar dari sahabat. Wallahua'lam.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan